A.
Pengertian
Istilah yamin (kanan) misalnya. Dalam wacana pemikiran Barat
istilah ini dipergunakan untuk menunjukkan orang-orang kuno, terbelakang dan
kaku. Sementara, dalam wacana pemikiran Arab dan Islam, dipergunakan untuk
menunjukkan keadaan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, sehingga
mereka datang kepada Tuhan mereka pada hari Perhitungan, memegang buku catatan
berbuatan-perbuatan mereka yang baik dengan tangan kanan, atau juga bermakna
kekuatan, ketegaran, dan ketenangan.
Oleh karena itu, Imam Abdul Hamid bin Badis (1307-1359 H)
berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan do'anya, "Ya Allah
jadikanlah aku di dunia termasuk kelompok orang-orang yasar (kiri) dan
jadikanlah aku di akhirat termasuk kelompok orang-orang yamin (kanan)".
Tentunya sesuai dengan pemahaman pemikiran Islam, bukan pemahaman pemikiran
Barat.
B.
Asal
Usul Fundamentalisme di dunia Barat
Fundamentalisme di dunia Barat pada awalnya merupakan
gerakan Kristen Protestan Amerika yang berlabuh pada abad kesembilan belas
Masehi, dari barisan gerakan yang lebih luas, yaitu "Gerakan
Millenium". Gerakan ini mengimani kembalinya Almasih A.S. secara fisik dan
materi ke dunia untuk yang kedua kalinya, guna mengatur dunia ini, selama
seribu tahun sebelum datangnya hari perhitungan manusia.
Prototipe pemikiran yang menjadi ciri khas fundamentalisme
ini adalah penafsiran Injil dan seluruh teks agama secara literal dan menolak
secara utuh seluruh bentuk penakwilan atas teks-teks manapun, walaupun
teks-teks itu berisikan metafor-metafor rohani dan simbol-simbol sufistik,
serta memusuhi kajian-kajian kritis yang ditulis atas Injil dan Kitab Suci.
Dari penafsiran Injil secara literal ini, orang-orang fundamentalis Protestan
mengatakan akan datangnya Almasih kembali secara fisik untuk mengatur dunia
selama seribu tahun yang berbahagia karena mereka menafsirkan "mimpi
Yohana" (kitab Mimpi 20-1-10) secara literal.
Ketika fundamentalisme Kristen itu menjadi sebuah sekte yang
indipenden pada awal abad ke-20, terkristallah dogma-dogma yang berasal dari
penafsiran literal atas Injil itu melalui seminar-seminarnya,
lembaga-lembaganya, serta melalui tulisan-tulisan para pendetanya yang mengajak
untuk memusuhi realita, menolak perkembangan, dan memerangi
masyarakat-masyarakat sekuler yang baik maupun yang buruk sekaligus. Misalnya,
mereka mengklaim mendapatkan tuntunan langsung dari Tuhan, cenderung untuk
mengisolasi diri dari kehidupan bermasyarakat, menolak untuk berinteraksi
dengan realitas, memusuhi akal dan pemikiran ilmiah serta hasil-hasil penemuan
ilmiah.
Oleh karenanya, mereka meninggalkan universitas-universitas
dan mendirikan lembaga-lembaga tersendiri bagi pendidikan anak-anak mereka.
Mereka juga menolak sisi-sisi positif kehidupan sekuler, apalagi sisi
negatifnya, seperti aborsi, pembatasan kelahiran, penyimpangan seksual, dan
kampanye-kampanye untuk membela "hak-hak" orang-orang yang
berperilaku seperti itu dari barang-barang yang memabukkan, merokok,
dansa-dansi, hingga sosialisme. Itu semua adalah "fundamentalisme"
dalam terminologi Barat dan dalam visi Kristen.
C.
Makna
Istilah Ushuliyah dalam Wacana Pemikiran Islam
Dalam visi Arab dan dalam wacana pemikiran Islam, kita tidak
menemukan dalam kamus-kamus lama, baik kamus bahasa maupun kamus istilah,
disebutnya istilah ushuliyah "fundamentalisme". Kita hanya menemukan
kata dasar istilah itu yaitu al-ashlu dengan makna 'dasar sesuatu' dan
'kehormatan'. Bentuk pluralnya adalah ushul (QS Al-Hasyr : 5) (Ash-Shaaffat
:64). Al-ashlu juga bermakna 'akar' (QS Ibrahim : 24).
Al-ashlu juga disebut bagi undang-undang atau kaidah yang
berkaitan dengan furu' (parsial-parsial) dan masa yang telah lalu. Seperti yang
diungkapkan dalam rediaksional ulama ushul fikih, "Asal segala sesuatu
adalah boleh atau suci." Dan, "ushul" adalah prinsip-prinsip
yang telah disepakati atau diterima.
Bagi ulama ushul fikih, kata al-ashlu disebut dengan
beberapa makna. Pertama, 'dalil'. Dikatakan bahwa asal masalah ini adalah
Al-Kitab dan Sunnah. Kedua, 'kaidah umum'. Dan ketiga, 'yang rajih' atau 'yang
paling kuat' dan 'yang paling utama'. (Lihat kitab Lisanul Arab, Ibnu Manzhur,
Kairo : Darul Ma'arif)
Dalam peradaban Islam telah terbangun ilmu-ilmu ushuluddin,
yaitu ilmu kalam, tauhid, dan ilmu fikih akbar. Juga ilmu ushul fikih, yaitu
ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah dan kajian-kajian yang dipergunakan
untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan hukum-hukum syara' praktekal dari
dalil-dalil perinciannya. Serta ilmu ushul hadits atau mushthalah hadits.
Demikianlah warisan keilmuan Islam dan peradabannya, serta
kamus-kamus bahasa Arab yang tidak mengenal istilah ushuliyah (fundamentalisme)
dan pengertian-pengertian yang dikenal Barat atas istilah ini.
Hingga dalam pemikiran Islam kontemporer yang sebagian
ulamanya menggunakan istilah ushuliyah dalam kajian-kajian ilmu fikih, kita
dapati ia bermakna, "Kaidah-kaidah pokok-pokok syari'at yang diambil oleh
ulama ushul fikih dari teks-teks yang menetapkan dasar-dasar tasyri'iyah
(legislasi) umum, serta pokok-pokok tasyri'iyah general seperti : (1) tujuan
umum syari'at, (2) apa hak Allah dan apa hak mukalaf, (3) apa yang menjadi
obyek ijtihad, (4) nasakh hukum, serta (5) ta'arud (pertentangan) dan tarjih
(pemilihan salah satu probabilitas hukum)." Semua istilah-istilah itu sama
sekali tidak mempunyai hubungan dengan substansi-substansi istilah
fundamentalisme (ushuliyah) yang dikenal oleh peradaban Barat dan pemikiran
Kristen.
Terlepas dari pemahaman itu, apakah dalam aliran-aliran
pemikiran Islam dan mazhab-mazhabnya --baik yang lama maupun yang baru--
terdapat aliran pemikiran atau mazhab yang menyikapi teks-teks suci seperti
sikap orang-orang fundamentalis Barat, yakni menggunakan penafsiran literal
atas Al-Qur'an dan As-Sunnah, serta menolak segala metafor dan takwil atas
sesuatu nash (teks), meskipun zahir teks itu jelas-jelas bertentangan dengan
dalil-dalil akal. Hingga dapat dikatakan bahwa sikap aliran atau mazhab ini
terdapat nash-nash Islami yang suci adalah sama persis dengan aliran
fundamentalis Kristen terhadap Injil dan "kitab suci" mereka.
Sehingga, kemudian dapat membenarkan kebenaran "fundamentalisme
Islam" dengan pengertian Barat yang negatif terhadap istilah
"fundamentalisme" ini.
D.
PANDANGAN FUNDAMENTAL ISLAM
a.
Alam semesta
Bagai
mana alam semesta yang kita tinggali ini dan bagai mana kita memandangnya?dua
pertanyaan yang mendasar itu yang telah mengonfrontasikan semua agama serta
filsafat dunia, dan setiap system keagamaan dan filsafat yang ada telah mencoba
untuk menjawabnya dengan caranya masing-masing.
Secara
dekat, kaitan yang tampak dari pertanyaan-pertanyaan itu adalah masalah alami
dari hubungan antara pemikiran dan kebendaan antara aspek spiritual dan fisik
kehidupan. Pemexahan masalah ini sendiri dapat membentuk bisnis pandangan dunia
dan program hidup kita.
Ada
tiga pertanyaan tersendiri yang ditawarkan kepada kita dalam hubungan ini,
yakni dengan agama-agama pra-islam, dengan pemikiran empiris barat pasca-islam,
dan dengan islam.
1.
Agama-Agama Pra-Islam
Agama-agama pra-islam dikesankan
dengan adanya konflik sengit antara moral manusia dan eksistensi fisik. Atau
dengan kata alin, antara biologis dan matematis. Dualistic ide ini akhirnya
membawa mereka untuk mendapatkan cara pengesahan spiritual tersendiri dalam
diri manusia sebagai penolak terhadap realitas fisik sebagaimana juga
ketiadaartian atau bahaya.
Hinduisme
memandang dunia kebendaan sebagai maya, yaki ilusi dan memerintahkan
penganutnya untuk membuang segala keduniaan untuk membagun jiwa dalam
peribadatannya ( persembahan diri)
Budhisme
menganggap dunia fisik sebagai suatu rintangan dalm barisan paling depan
terhadap jiwa dan menetapkan pemusnahan individu dan kekerasan ikatan
emosionalnya dengan dunia materi sebagai cara kesucian seorang petapa.
Kristen
secara sama mengakui antagonism di antara aspek fisik dan spiritual kehidupan.
Kristen juga menggambarkan dunia materi atau dunia badan ( istilah Kristen )
merupakan lapangan permainan setan. Secara konsekuen, agama ini masyarakatkan
kesempurnaan dalam tipe kesucian seorang petapa. Dari gambar di atas tampak
bahwa setiap dendam terhadap kehidupan materi mempengaruhi manusia dalam dua
hal. Pertama, sikap menutup pintu bagi semua kemajuan materi, terlepas dari
pembicaraan kjemajuan ilmiah. Sifat suka menutup dalam pengejaran materi
dianggap merugikan terhadap jiwa sendiri, kedua, sikap yang member peluang
komflik berkempanjangan dalam diri manusia, karena panggilan keagamaan di satu
sisi menyebabkan menghindari dunia, sementara di sisi lain terdapat desakan alami
untuk menyukainya. Suatu kenyataan yang dapat mengakibatkan masalah tersebut
memuncak dan menimbulkan perasaan buruk yang berkepanjangan dan mengalahkan
tujuan mulia.
2.
Pemikiran Empiris barat pasca-islam
Pemikiran empiris barat pasca-islam
mengangkat jalan yang secara radikal berbeda dari idealism pra-islam. Jalan ini
menerangkan bahwa dunia materi sendiri adalah nyata dan patut diperhatikan.
Adapun realisasi nasib manusia terletak pada penguasaan alam dengan tujuan akhirnya
adalah pencapaian kepuasan fisik yang paling tinggi. Jalan ini tidak mengetahui
semua nilai transcendental dan hanya mengetahui pertimbangan spiritual karena
mereka tidak masuk ke dalam tujuan ilmu
pengetahuan dan empiris, pengetahuan itu hanyalah satu criteria etika yang
diakui dan merupakan criteria kegunaan praktis untuk meningkatkan kepuasan
duniawi atau jasmani manusia.
3.
Islam
Kemudian bagaimanakah pesan islam
yang berdiri di antara dunia kuno yang menekankan vadilitas eksklusif aspek
kehidupan spiritual dan dunia modern yang mengiterpretasikan semua realita
dalam batasan-batasan materi.
Islam tidak memandang alam semesta
sebagai susunan dua periode yang eksis dan kesatuan komflik. Islam
menggambarkan semua kehidupan sebagai suatu kesatuan karena berasal dari Tuhan
Yang Maha Esa. Realitas menurut islam bukanlah materi atau mental tetapis
sebuah kerajaan di mana pemikiran, benda, fakta, serta nilai tidak dapat
dipisahkan, memiliki keberadaan yang terpisah dari korelatifnya. Dunia nyata
adalah kesatuan oraganik yang koheren, tanpa ruang, dan tanpa waktu, tetapi
termasuk semua kejadian dalam ruang dan waktu dalam hubungan yang layak
terhadap dirinya sendiri.
Tambahan terhadapkeserasian, islam menitik
beratkan tujuan eksistensi semua alam, baik spiritual maupun fisik, sebagaimana
firman allah dalam Al-Qur’an Qs.Ad-Dukhaan:38-39.
Artinya
: Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya
dengan bermain-main.Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan hak,
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
b.
MANUSIA
Secara tegas, Islam
menyatakan bahwa manusia dilahirkan tanpa dosa dan dipilih Tuhan sebagaimana
yang kit abaca dalam Al-Qur’an:
Artinya : Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Artinya: dan Dia lah yang menjadikan kamu
penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian
(yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Manusia dilahirkan
tanpa dosa dan kejadiannya sebelum dan setelah kelahiranya adalah berevolusi.
Manusia diciptakan Tuhan dengan kelebihan yang mengtasi segala makhluk
ciptaan-Nya, bahkan juga terhadap para malaikat dalam kekhasan dan kesuciannya,
sebagaimana Tuhan berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya : Maka
Sesungguhnya aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja,dan dengan malam
dan apa yang diselubunginya,dan dengan bulan apabila Jadi purnama,Sesungguhnya
kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),
Yang dimaksud dengan
tingkat demi tingkat ialah dari setetes air mani sampai dilahirkan, kemudian
melalui masa kanak-kanak, remaja dan sampai dewasa. dari hidup menjadi mati
kemudian dibangkitkan kembali.
c.
PRINSIP KESATUAN
Islam
tidaklah memangdang adanya konflik
diantara keberadaan moral dan fisik manusia, islam menitik beratkan keberadaan
dua aspek ini sebagaibasis alamiah manusia. Islam memelihara dunia tempat tinggal sementara kita sebagai
factor yang mungkin dalam skema penciptaan Tuhan dan sebuah tempat penting
dalam evolusi kehidupan jiwa kita. Kosekuensinya, pencarian penguatan spiritual
manusia bukanlah untuk melepaskan dunia materi, tetapi sebagai usaha aktif
terhadap Tuhannya dengan sebuah pandangan untuk menemukan basis kehidupan nyata
yang teratur.
Kehidupan
ideal bukanlah dengan membuang sejauh-jauhnya keinginan dunia dan menghi alam
kebendaan serta membunuh hasrat diri yang sungguh menyakitkan. Akan tetapi
justru sebaliknya segala hasrat yang ada dalam diri dan alam kebendaan adalah
sarana yang harus di manfaatkan dengan sebaik-baiknya, yang harus di arahkan
untuk ketinggian spiritual manusia karena dorongan jiwa itu tidak dapat di
buang, melainkan di arahkan. Oleh karena itu, islam tidak memandang rendah
aktivitas dan eksistensi duniawi dan berbeda dengan agama-agama dunia lainnya.
Akan
tetapi, sikap realisties Islam tidak mungkin di identifikasikan dengan sikap
Barat modern. Barat memandang perjalana dunia sebagai akhir suatu kehidupan
spiritual. Pada pihak lain,islam menggabarkannya bukan sebagai akhir, tetapi
sebagai sarana menuju akhir spiritual yang lebih tinggi.
Apakah
yang dimaksud dengan akhir yang lebih tinggi itu? Akhir itu tunduk kepada
kehendak Allah dan diarahkan kpada keridaan-Nyasebagai mana disebutkan dalam
Al-qur’an
Artinya: “Katakanlah:
Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam”.(Q.S. Al-an’am : 6/162)
d.
PENGERTIAN IBADAH
Islam memandang seluruh
kehidupan seorang muslim sebagai ibadah, sebagai mana firman Allah
Artinya: “dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.(Q.S. Adz
Dzariyaat. 51 : 56)
Jadi, pengertian ibadah
dalam islam secara radikal berbedda dengan agama-agama lain. Islam tidak
mengenal pemisahan antara agama dengan kehidupan dunia. Setiap tindakan seorang
Muslim sejati merupakan tindakan keagamaan karena dia harus melak sanakan semua
pekerjaannyadalam rangka patuh dan tunduk dengan perintah Tuhan dan harus
mengabdi semua kehidupan jasmani dan rohani terhadap aturan abadi Tuhan.
Suatu kasus yang mutlak
penting dan tidak seharusnya islam membatasi diri terhadap penjelasan hubungan
metafisik di antara manusia dan pencipta. Islam juga membatasi dengan jelas
hubungan di antara individu dengan masyarakat. Dan lagi, Islam tidak
menganugrahkan keagungan abadinya dengan member manusia bimbingan sempurna yang
tidak meninggalkan kesia-siaan dalam kehidupan kita.
e.
PRINSIP PERGERAKAN
Dalam hubungan ini,
pembahasan dibatasi oleh pengujian sikap Islam terhadap ilmu pengetahuan
empiris, tetapi merupakan hasil langsung dari konsep realities tentang alam dan
manusia.
Nabi Muhammad saw,
berdiri sendiri dalam se jarah keagamaan dunia sebagai jawaban atas pertanyaan
ilmiah. Halaman-halaman Qur’an di ikat dengan bab-bab mengundang perhatian kita
terhadap study empiris fenomena alam dan menekankan penguasaan alam oleh manusia.
Kenyataannya, metode induktifpertanyaan itu merupakan basis dari pemikiran
ilmiah dan filsafatmodern adalah satu dari jumlah karunia yang berharga dari
Qur’an tterhadap dunia. Berikut ini saya kemukakan pandangan-pandangan Qur’an
untuk mendukung pernyataan berikut.
Artinya : “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera
yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.(Q.S Al-Baqarah :2/164)
Artinya
: “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan. Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (Q,S Al-GHaasyiyah
:88/17-19)
Artinya
: “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi
dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.(Q.S
Ar-Ruum :30/22)
Artinya
: “dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini
dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.(Q.S
An-Nahl :16/13)
Karena
tidaklah mengherankan, bahwa selama zaman kejayaan Islam, para pengikutnya
menjadi pionir peradaban dan penobat zaman ilmiah modern. Pendengaran ini
mungkin asing bagi orang tebiasa mendengar bahwa Islam penghambat kemajuan,
musuh Islam pengetahuan ilmiah, dan terdiri dari orang Barbar.
Kenyataannya
justru sebaiknya, dan secara jujur Islam mendukung peradaban ilmiah modern.
Marilah kita utip pendapat Briffaut,pengarang nonmuslim terkenal dari Barat
dengan karya besarnya The Making of Humanity dia berkata :
“bukankah
Roger Bacon dan bukan juga lepentingan nama kemudian yang memiliki title yang
di percaya dengan memperkenalkan metode eksperimental. Roger Bacon tidak lebih daripada seorang pri
pada Rasul ilmu pengetahuan dan metode muslim bagi orang-orang Kristen Eropa.
Ilmu pengetahuan adalah sumbangan penting peradaban Arab terhadap dunia modern
meskipun bukan hanya ilu pengetahuan yang membawa eropa kembali hidup. Pengaruh
lain yang berkesinambungan dari peradaban Islam menghubungkan api pertamanya
terhadap kehidupan oran-orang Eropa”.
Utang
ilmu pengetahuan kita terhadap sumbanga Arab tidaklah berupa penemuan-penemuan
atau teori-teori revolusioner. Dengan ilmu pengetahuan kita berhutang banyak
kepada kebudayaan Arab, yakni berhutang budi atas keberadaannya. Dunia kuno
sebagai mana kita lihat adalah prailmiah. Astronomi dan Matematika orang-orang
Yunani adalah sebuah masukan asing yang tidak pernah secara keseluruhan di
sesuaikan ke dalam budaya Yunani; orang Yunani mensistemasikan,
menggeneralisasikan, dan meneorikan, tetapi jalan-jalan panjang penyelidikan,
akumulasi pengetahuan positif, metode menit ilmu pengetahuan, observasi terinci
dan panjang lebar, dan pertanyaan eksperimental, semua asing bagi watak bangsa
Yunani. Sebenarnya, jiwa dan metode diperkenalkan di Eropa oleh orang-orang
Arab. Dia berhasil menyelesaikan ujian yang paling tinggi dalam meraih gelar
B.A.,B.Th.dan M.A (filsafat). Dia menulis untuk tesis Ph.D-nya dalam bidang
filsafat moral di baah bimbingan Prof.S.Z.Hasan, dan tesisnya itu di sebut sebuah
bintang berkilau baru di atas langit Pelajaran islam dan produk terbaik Aligarh
Muslim University.
Kuliahnya
dalam bidang Matematika Islam, Filsafat Moral Islam, Teori Politik Islam,
Ekonomi Islam dan Pembandingan Agama memberikan banyak manfaat bagi sarjana
muda di University Karachi dan beberapa Lembaga Pendidikan Tinggi yang terkait.
Dia mendirikan Aleemiyah Institute of Islamic Studies, di mana ia membimbing
penelitian dalam bidang Pembandingan Agama. Psikologi, dan Filsafat. Dia
menjabat sebagai Direktur Kehormatan untuk Penelitian di University of Karachi.
Dia
adalah seorang pedukung Dynamic orthodoxy, sebagai lawan terhadap konser
Vativisme dan Modernisme dengan slogan: “kembali kepad Qur’an dan kepada
Muhammad”. Dalam jejak dakwahnya lahir Word Fereraytion of Islamic Missions
(Federasi Dahwak Islam Dunia) yang didirikan olehnya
Artinya
: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.(Q.S.Ali-Imran
:3/190-191)
KESIMPULAN
a.
kesimpulan
Islam bukanlah
semata-mata sebuah keimanan, agama atau persaksian . islam adalah cara hidup.
Islam bukan hanya jawaban atas kerinduan keagamaan manusia tetapi juga untuk
kehidupan kemanusiaan secara seluruh. Islam tidak hanya member kita hal-hal
metafisik yang tidak akan salah, tetapi juga hal-hal yang komprehensif dan
menjiwai kode etika sosial dan individu, sebuah system ekonomi yang sehat,
sebuah ideology politik, dan banyak hal lain disamping itu. Islam bukan sebuah
bintang sendiri, tetapi bagian dari system tata surya, yang meliputi seluruhnya
dan meneragi seluruh alam.
Kesimpulan ini
menjadi bukti, karena hasilnya dari pembahasan singkat terdahulu tentang
pandangan bentuk-bentuk nyata islam hanya sekedar untuk perkenalan terhadap
studi islam. Maksudnya adalah untuk merangasang pikiran, untuk mengeluarkan
dasar-dasar kepribadian islam dari non-islam, dan untuk memperhatikan bahwa
pengertian agama dalam islam lebih kaya dari pada pengertian agama atau
filsafat yang lain terhadap pemuliaan kemanusiaan.
b. Kritik dan Saran
Kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah yang penulis buat
sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya
DAFTAR PUSTAKA
-
AL-QUR’ANUL
KARIM DAN TERJEMAHANYA.
-
Ansari, Rahman, Fazlur, M. Islam dan Kristen Dunia Modern.
Bumi Angkasa. Jakarta. 1989.
Spoiler for title :