B. Hakikat Aliran Esensialisme
Esensialisme
merupakan aliran yang ingin kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama yang
warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan
manusia. Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi
terhadap hidup yang mengarah kepada keduniawian, serba ilmiah dan
materialistic. Selain itu juga didasari oleh pandangan-pandangan dari penganut
aliran idealisme dan realisme.
Esensialisme juga
merupakan konsep yang meletakkan sebagian dari cirri alam piker modern. Sebagaimana
halnya sebab musabab munculnya renaisans. Eensialisme pertama-tama muncul dan
merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatisme abad pertengahan.
Maka disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam
semesta yang memenuhi tuntutan zaman modern.
Realisme modern yang
menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya adalah
mengenai alam atau dunia fisik. Sedangkan idealisme modern sebagai ekspon yang
lain, pandangannya bersifat spiritual. John Deonal Butler mengutarakan secara
singkat cirri dari masing-masing ini.
Idelisme modern
mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi gagasan-gagasan
atau ide. Dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak tebatas yaitu Tuhan
yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang
berpikirberada dalam lingkungan kekuasaan tuhan. Dengan menguji dan menyelidiki
ide-ide serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran yang sumbernya
adalah Tuhan sendiri.
Idealisme modern
dengan tokoh-tokoh utamanya di jerman pada abad ke 17 dan 18, mengutarakan dan
membahas pokok-pokok persoalan yang dekat dengan manusia, diantaranya
terolahnya kesan-kesan indera oleh akal dan proses penjelmaannya nenjadi
pengetahuan. Demikian pula oleh realisme, masalah-masalah tersebut juga menjadi
objek peninjauan seperti terbukti dari gagasan-gagasan dari tokoh-tokohnya di
inggris sebelum idealisme muncul.
C. Tokoh-Tokoh Aliran Esensialisme.
1. Desiderius Eranus, belanda (abad 15/16) Berusaha agar
kurikulum sekolah bersifat humanis dan bersifat internasional, sehingga bisa
mencakup lapisan menengah dan kaum aristokrat.
2. Johan Amos Comenius (1592-1670) Berpendapat bahwa
pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan karena
pada hakekatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.
3. John Locke. Inggris (1746-1827) Berpendapat bahwa
pendidikan hendaknya sekala dekat dengan situasi dan kondisi.
4. Johann henrich pestalozzi (1827-1946) Percaya bahwa sifat alam
itu tercermin pada manusia dan manusia juga mempunyai hubungan transendental
langsung dengan Tuhannya
5. Johan Freidrich Frobel (1782-1852) Berkeyakinan bahwa manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari ala mini sehingga
manusia tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam.
6. G.W. Leibniz Ia merumuskan bahwa semua kejadian dan
fakta itu saling berhubungan dan merupakan system yang harmonis, dan system ini
telah ada sebagai pembawaan dari alam semesta itu sendiri. Teori ini juga
dijelaskan dengan adanya pengertian modern.
7. Immanuel kant Tokoh ini sampai kepada pengakuan
bahwa ilmu itu mengandung kebenaran dan budi manusia dapat mencapai kebenaran
tersebut. Menurutnya pengetahuan dapat dipaparkan dengan putusan, dan putusan
adalah merupakan rangkaian pengertian subjek dan predikat.
8. O.W.F. Hegel Berpendapat bahwa ia mencari yang
mutlak dari yang tidak mutlak. Dikatakan bahwa yang mutlak itu adalah roh
(jiwa)yang menjelma pada alam, maka sadarlah ia akan dirinya. Roh mempunyai
inti yang disebut idea atau berfikir.
9. Arthur Schopenhaner Ia berkesimpulan bahwa hidup ini penuh
dengan kemurungan, yaitu tiada kepuasan atas terwujudnya kemauan sepanjang
hayatmanusia. Ia juga berpendapat bahwa voluntas (kehendak) adalah motor (bagi
manusia) untuk mencapai tempat atau kedudukan penting.
10. Thomas hobbes Berpendapat bahwa pengetahuan yang
benar adalah yang dapat dijangkau oleh indera. Jadi, pengetahuan tidak dapat
mengatasi (melampaui) penginderaan. Persentuhan dunia luar dengan indera, jadi
bersifat empiric, menjadi pangkal dan sumber pengetahuan.
11. Davis Hume Mengemukakan analisa mengenai
pengetahuan dan substansi. Pengetahuan adalah sejumlah pengalaman yang timbul
silih berganti. Masing-masing pengalaman itu mengadakan impresi tertentu bagi
orang yang menghayati substansiitu sebenarnya tidak ada, karena sebenarnya
adalah perulangan pengalaman yang tadi.
12. Francis Bacon Tokoh utama inggris yang lain ini
adalah pemegang canang ilmupengetahuan modern. Dalam bukunya yang berjudul
Novum Organum, bacon mengatakan bahwa ,enurut pandangan dan kesimpulannya pada
masa lampau dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan ini manusia bau sedikit
hubungannya dengan dunia luar. Padahal dunia luar ini adalah realita yang
sesungguhnya.
D. Pandangan-Pandangan Aliran Esensialisme
1. Pandangan mengenai realita
Sifat
yang menonjol dari ontology esensialisme adalah suatu konsesi bahwa dunia ini
dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan
tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan
cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata tersebut. Di bawah ini
adalah uraian mengenai penjabarannya menurut realisme dan idealisme.
Ø realisme yang mendukung esensialisme
disebut realisme objektif, karena mempunyai cara pandang yang sistematis
mengenai alam serta tempat manusia di dalamnya.
Ø Idealisme objektif mempunyai pandangan
kosmis yang lebih optimis dibandingkan dengan realisme objektif. Yang dimaksud
dengan ini adalah bahwa pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh yang boleh
dikatakan meliputi segala sesuatu., dengan landasn pikiran bahwa totalitas
dalam alam semesta ini pada hakekatnya adalah jiwa atau spirit, idelisme men
etapkan suatu pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini nyata.
2. Pandangan mengenai pengetahuan
Pada
kaca mata realisme, masalah pengetahuan ini, manusia adalah sasaran pandangan
dengan penelaahan bahwa manusia perlu dipandang sebagai makhluk yang padanya
berlaku hukum yang mekanistis evolusionistis. Sedangkan menurut idealisme,
pandangan mengenai pengetahuan ini bersendikan pada pengertian bahwa manusia
adalah makhluk yang adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang timbul dari
hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos.
Bersendikan
prinsip di atas dapatlah dimengerti bahwa relisme memperhatikan berbagai
pandangan dari tiga aliran psikologi asosianisme, behaviorisme dan
koneksionisme. Dengan memperhatikan tiga aliran ini, yang pada dasarnya
mencerminkan adanya penerapan metode-metode yang lazim untuk ilmu
pengetahuanalam kodrat, realisme menunjukkan sikap lebih maju mengenai masalah
pengatahuan ini dibanding dengan idealisme.
3. Pandangan mengenai nilai
Menurut
realisme kwalitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual terlebih
dahulu, melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bila dihayati
oleh subjek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap subjek
tersebut.
Teori
lain yang timbul dari realisme disebut determinisme etis. Dikatakan bahwa semua
yang ada dalam ala mini termasuk manusia mempunyai hubungan hingga merupakan
rantai sebab-akibat. Realisme berdasarkan atas keturunan dan lingkungan. Nilai
keindahan adalah suatu kenikmatan yang dihasilkan dalam pengalaman bila kognisi
dan perasaan bercampur atau saling berpengaruh. Yang dimaksud dengan kognisi
disini adalah persoalan persepsi sebagaimana dihubungkan dengan kenikmatan
keindahan. Kenukmatan seseorang mengenai keindahan itu merupakan perpaduan
antara pengalaman, persepsi, dan perasaan.
4. Pandangam mengenai pendidikan
Pandangan
mengenai pendidikan yang diutarakan disini bersifat umur, simplikataf dan
selektif, dengan maksud agar semata-mata dapat memberikan gambaran mengenai
bagian-bagian utama dari esensialisme. Esensialisme timbul karena adanya
tantangan mengenai perlunya usaha emansipasi diri sendiri sebagaimana
dijalankan oleh para filsuf pada umumnya ditinjau dari sudut abad pertengahan.
5. Pandangan mengenai belajar
Idealisme,
sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan
menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada
taraf permulaan adalah memahami dirinya sendiri, terus bergerak keluar untuk
memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Pandangan
Immanuel Kant, bahwa segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia melalui
indera memerlukan unsur apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih
dahulu.
Bila
orang berhadapan dengan benda-benda, tidak berarti bahwa mereka itu sudah
mempunyai bentuk, ruang dan ikatan waktu. Bentuk, ruang dan waktu sudah ada
pada budi manusia sebelum ada pengalaman atau pengamatan. Jadi, apriori yang
terarah bukanlah budi kepada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah kepada
budi. Budi membentuk, mengatur dalam ruang dan waktu.
Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai
jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina
dan menciptakan diri sendiri.
Seorang
filosuf dan ahli sosiologi yang bernama Roose L. Finney menerangkan tentang
hakikat sosial dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan rohani
yang pasif, yang berarti bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja yang
telah tertentu yang diatur oleh alam. Berarti pula bahwa pendidikan itu adalah
sosial. Jadi belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh
nilai-nilai sosial angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan
di teruskan kepada angkatan berikutnya. Dengan demikian pandangan-pandangan
realisme mencerminkan adanya dua jenis determinasi mutlak dan determinasi
terbatas:
1) Determiuisme mutlak, menunjukkan bahwa
belajar adalah mengalami hal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi
harus ada, yang bersama-sama membentuk dunia ini. Pengenalan ini perlu diikuti
oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana hidup yang harmonis.
2) Determinisme terbatas, memberikan
gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar. Bahwa meskipun pengenalan
terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini berarti tidak dimungkinkan adanya
penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawas yang diperlukan.
6. Pandangan mengenai kurikulum
Beberapa
tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada
landasan idiil dan organisasi yang kuat. Herman Harrel Horne dalam bukunya
mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal,
yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan
dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas
ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan
sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan.
Bogoslousky,
mengutarakan di samping menegaskan supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya
pemisahan mata pelajaran yang satu dengan yang lain, kurikulum dapat
diumpamakan sebagai sebuah rumah yang mempunyai empat bagian:
1) Universum
Pengetahuan merupakan latar belakang adanya kekuatan segala manifestasi hidup
manusia. Di antaranya adalah adanya kekuatan-kekuatan alam, asal usul tata
surya dan lain-Iainnya. Basis pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam
kodrat yang diperluas.
2) Sivilisasi
Karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan
sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan tcrhadap lingkungannya, mengejar
kebutuhan, dan hidup aman dan sejahtera .
3) Kebudayaan
Kebudayaan mempakan karya manusia yang mencakup di antaranya filsafat, kesenian,
kesusasteraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan.
4) Kepribadian
Bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak
bertentangan dengan kepribadian yang ideal. Dalam kurikulum hendaklah
diusahakan agar faktor-faktor fisik, fisiologi, emosional dan ientelektual
sebagai keseluruhan, dapat berkembang harmonis dan organis, sesuai dengan
kemanusiaan ideal.
Robert Ulich
berpendapat bahwa meskipun pada hakikatnya kurikulum disusun secara fleksibel
karena perlu mendasarkan atas pribadi anak, fleksibilitas tidak tepat
diterapkan pada pemahaman mengenai agama dan alam semesta. Untuk ini perlu
diadakan perencanaan dengan keseksamaan dan kepastian.
Butler mengemukakan bahwa sejumlah anak untuk tiap angkatan baru haruslah
dididik untuk mengetahui dan mengagumi Kitab Suci. Sedangkan Demihkevich
menghendaki agar kurikulum berisikan moralitas yang tinggi.
Realisme
mengumpamakan kurikulum sebagai balok-balok yang disusun dengan teratur satu
sama lain yaitu disusun dari paling sederhana sampai kepada yang paling
kompleks. Susunan ini dapat diutarakan ibarat sebagai susunan dari alam, yang
sederhana merupakan fundamen at au dasar dari susunannya yang paling kompleks.
Jadi bila kurikulum disusun atas dasar pikiran yang demikian akan bersifat
harmonis.
Bab iii
Kesimpulan.
Idealisme dan realisme adalah aliran
filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai
pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak
melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
Esensialisme adalah konsep meletakkan
sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan
reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka,
disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam
semesta, yang memenuhi tuntutan zaman
Realisme modern, yang menjadi salah
satu eksponen essensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan
dunia fisik, sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya
bersifat spiritual Dengan demikian disini jiwa dapat diumpamakan sebagai cermin
yang menerima gambaran-gambaran yang berasal dari dunia fisik, maka anggapan
mengenai adanya kenyataan itu tidak dapat hanya sebagai hasil tinjauan yang menyebelah,
berarti bukan hanya dari subyek atau obyek semata-mata, melainkan pertemuan
keduanya.
Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi
gagasan-gagasan (ide-ide). Dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas
yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk
yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan.
Menurut pandangan ini bahwa idealisme
modern merupakan suatu ide-ide atau gagasan-gagasan manusia sebagai makhluk
yang berpikir, dan semua ide yang dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada
Tuhan yang menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi dan dilangit, serta
segala isinya. Dengan menguji dan menyelidiki semua ide serta gagasannya maka
manusia akan mencapai suatu kebenaran yang berdasarkan kepada sumber yang ada
pada Allah SWT
Daftar pustaka
Ø Barnadip, imam, filsafat pendidikan,
yogyakarta: andi offset, 1987
Ø Khobir, Abdul, filsafat pendidikan
islam, pekalongan: STAIN PRESS, 2007.
Ø http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-esensialisme.htm